Model yang menunjukkan keseimbangan produksi komoditas dengan pelestarian hutan, mata pencaharian yang berkelanjutan, dan kesejahteraan masyarakat secara skala besar.

Riau adalah provinsi yang sangat penting untuk produksi komoditas pertanian: sekitar 2,5 juta ha kelapa sawit dan 2 juta ha pulp & kertas. Indonesia adalah produsen terbesar minyak kelapa sawit di dunia, dan perkebunan kelapa sawit milik petani kecil melibatkan lebih dari 2,3 juta petani. Riau adalah provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia, namun lebih dari 60% tenaga kerja pertanian bersifat informal. Lebih dari 1,6 juta petani kecil menghadapi tantangan terkait dengan produktivitas rendah, bibit yang buruk, ketidakpastian pendapatan, dan ketahanan pangan.
Kawasan lindung – seperti cagar alam dan taman nasional – tetap terancam oleh eksploitasi yang terus berlangsung dari industri kelapa sawit dan kertas, serta petani kecil dan masyarakat yang berusaha mencari nafkah. Meskipun ada beberapa komitmen dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, yang didukung oleh pemerintah pusat, namun kompleksitas di wilayah ini memerlukan kontribusi dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk apa yang dilakukan oleh Earthworm Foundation di lanskap ini.

Lanskap Riau termasuk dalam daftar Consumer Goods Forum – Forest Positive Coalition dan berkontribusi pada Strategi Lanskap. Lanskap ini juga ditampilkan di SourceUp, sebuah platform daring yang menghubungkan pembeli dan pemangku kepentingan dalam rantai pasok komoditas pertanian dengan inisiatif lanskap dan yurisdiksi di area produksi.
TARGET UTAMA TAHUN 2025

Dukungan Para Pihak
- 4 rencana aksi kolektif di 4 kabupaten area kerja telah diimplementasikan.
- Pertimbangan Tanpa Deforestasi, Tanpa Gambut, dan Tanpa Eksploitasi (NDPE) secara resmi telah dimasukkan dalam rencana tata ruang kabupaten dan regulasi pembangunan.

Perlindungan dan Restorasi Hutan
- 0% deforestasi di dalam batas konsesi.
- > 75% area HCV/HCS di dalam konsesi dilindungi.
- > 90% pengurangan deforestasi di luar konsesi.
- 362.030 hektar tutupan hutan dilindungi dan memiliki rencana pengelolaan formal.

Petani Tangguh
- 3.000 petani kecil mengadopsi Praktik Pertanian yang Baik (GAP) dan Praktik Manajemen Terbaik (BMP).
- Setidaknya 3 unit bisnis petani diberdayakan untuk memproduksi, mengelola, dan memasarkan produk berkelanjutan.
- 1.000 rumah tangga petani rentan mendiversifikasi pendapatan dan meningkatkan ketahanan pangan.
- 3.000 ha ditanami ulang dengan kelapa sawit, dengan peningkatan produksi minimal 10%.

Hak Masyarakat
- 30 komunitas yang bergantung pada hutan memiliki hak atas tanah dan keamanan yang diperkuat.
- 10 desa yang berisiko memiliki sistem resolusi konflik yang efektif.

Pekerja dan Keluarga
1.500 pekerja difasilitasi untuk mendapatkan kondisi kerja yang lebih baik.
Dampak Kami
Program ini dipantau dan dievaluasi secara sistematis setiap kuartal dan tahunan, menggunakan Global Impact Framework Tool (GIFT) yang disusun oleh Earthworm.
Dukungan Para Pihak
2 Rencana Aksi Kolaboratif yang melibatkan 42 pemangku kepentingan telah disusun di tingkat kabupaten, di mana pertimbangan NDPE secara resmi terintegrasi ke dalam rencana pembangunan dan regulasi di kabupaten.

Perlindungan & Restorasi Hutan
304.077 hektar di 29 desa dilindungi secara hukum berdasarkan Peraturan Desa. Lima puluh desa telah difasilitasi dalam Perencanaan Penggunaan Lahan Partisipatif (PLUP). Selain itu, 3.000 hektar di dalam konsesi dilindungi melalui rencana pengelolaan. Sebanyak 194.173 bibit telah ditanam di 624,66 hektar, dan 32 Organisasi Berbasis Masyarakat (CBO) dari 30 desa telah melaksanakan inisiatif perlindungan hutan. Lebih dari 60 pemangku kepentingan terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan.

Petani Tangguh
3.769 petani terlatih dalam Praktik Pertanian yang Baik (GAP) untuk kelapa sawit. Sebanyak 1.509 rumah tangga mendiversifikasi mata pencaharian. Sejumlah 1.760 petani menerima dana penanaman kembali. Tiga Unit Bisnis Petani didirikan untuk mata pencaharian berkelanjutan.

Hak Masyarakat
Dua desa, yaitu Harapan Jaya dan Bagan Limau, telah difasilitasi untuk pemetaan partisipatif dan studi hak atas tanah (PM-LTS). Desa Bagan Limau dan Bencah Umbai telah membentuk sistem resolusi konflik. Sebanyak 232 individu dilengkapi dengan keterampilan penyelesaian konflik melalui delapan sesi pelatihan.

Pekerja & Keluarganya
2.191 pekerja di 8 perusahaan mendapatkan manfaat dari perbaikan kondisi kerja.
Kerja Kami Didukung Oleh
Masyarakat Sipil
Melibatkan aktor lokal, menyediakan pembangunan kapasitas dan pelatihan, serta memfasilitasi kolaborasi multi pihak.
Pemerintah
Menyediakan sumber daya manusia dan kerangka operasional untuk mendukung perlindungan hutan dan kawasan lindung.
Sektor Swasta
Melaksanakan komitmen NDPE dalam rantai pasok dan berpartisipasi dalam kegiatan transformasi di tingkat lanskap.
Mitra Lapangan
- Pemerintah Kabupaten Siak
- Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu
- Pemerintah Kabupaten Pelalawan
- Pemerintah Kecamatan Peranap
- Institut Pertanian Bogor (IPB)
- Universitas Riau
- Sekolah Menengah Atas Pangkalan Kuras?
- Sulu-sulu Foundation
.
- PT Mitra Agung Swadaya?
- PT Muara Agro Lestari (unit bisnis petani)?
- PT Petani Bumi Makmur (unit bisnis petani)?
- PT Surya Bratasena?
.
- Desa Surya Indah
- Desa Sialang Indah
- Desa Sidomukti
- Desa Harapan Jaya
- Desa Punti Kayu
- Desa Pandan Wangi
- Desa Pulau Muda
- Desa Teluk Meranti
- Desa Beringin Indah
- Desa Air Hitam
- Desa Bagan Limau
- Desa Tasik Serai
- Desa Pelalawan
- Desa Bandar Jaya
- Desa Bencah Umbai
- Desa Lubuk Umbu
- Desa Semelinang Tebing
- Desa Tasik Betung
- Desa Dayun
- Desa Batu Sasak
- Desa Dua Sepakat
- Desa Kebun Tinggi
- Desa Koto Lama
- Desa Lubuk Bingau
- Desa Ludai
- Desa Pangkalan Kapas
- Desa Tanjung Karang
- Desa Tanjung Permai
- Desa Balung
Artikel Tentang Lanskap Riau